Pemandangan bawah laut Teluk Manado. (CNN Indonesia/ Dok. Jilmi Astina Anif dan Arief Yudo Wibowo)
Jimli Astina Anif dan Arief Yudo Wibowo memulai perjalanan mereka sekitar dua tahun lalu. Berangkat dari hobi dan kesukaan yang sama tentang dunia bawah air dan fotografi, Jimli dan Arief pun mencoba menguak sisi lain dari Manado. Mereka pergi ke Teluk Manado atau Manado Bay.
Awalnya, kepergian mereka ke Manado Bay hanya untuk mengumpulkan karya bersama berupa foto tentang kehidupan di bawah laut sebagai hadiah di ulang tahun pernikahan mereka. Namun, yang terjadi lebih dari itu, karya mereka bisa dipublikasikan lewat sebuah buku yang berjudul The Underwater Realm of Manado Bay From Diver's Eye.
Terwujudnya karya-karya mereka menjadi buku, tidak lepas dari peran teman-temannya yang mendukung terciptanya buku ini.
Dalam buku Manado Bay ini terdapat 150 foto yang kebanyakan berasal dari bawah laut Teluk Manado. Hasil jepretan Jilmi dan Arief di bawah air sungguh luar biasa. Kehidupan makhluk-makhluk kecil di sana pun diabadikan dengan begitu indah.
Tidak mudah memang mendapatkan hasil karya sebaik Jilmi dan Arief. Butuh waktu yang panjang dan banyak pengorbanan.
Untuk mendapatkan hasil yang maksimal, Jimli dan Arief menyelam sebanyak 378 kali. Bahkan dalam satu hari mereka bisa menyelam 3-4 kali. Hal itu dilakukan tentunya untuk mendapatkan hasil jepretan yang maksimal.
Jimli berkisah, salah satu momen yang tidak bisa ia lupakan adalah saat memgabadikan proses Jawfish jantan mengerami telur betinanya. Ia harus bolak balik menyelam selama tiga bulan untuk mengawasi proses tersebut. Ia pun rela menyelam tengah malam untuk bisa mengabadikan momen jawfish menetaskan telurnya.
"Saat bulan ketiga, jam satu malam saya turun, ingin banget melihat momen ikan jawfish menetas. Tapi belum menetas juga. Jam setengah empat turun lagi belum juga menetas. Sampai akhirnya jam enam pagi baru menetas," papar Jimli.
Dengan pengorbanan yang luar biasa, akhirnya Jimli bisa mengabadikan proses penetasan telur jawfish dengan tangannya sendiri. Sungguh merupakan sebuah kebahagiaan yang tiada tara.
Tidak hanya menunjukkan kehidupan jawfish, beberapa simbiosis yang terjadi di bawah laut Teluk Manado pun juga tak ketinggalan diabadikan oleh Jimli dan Arief.
Beberapa hewan yang juga berhasil mereka abadikan antara lain belut laut, kepiting, kuda laut, udang, siput telanjang (nudibranch), keong, cumi-cumi, dan gurita.
Salah satu modal utama dalam melakukan kegiatan ini adalah kesabaran. "Menunggu momen yang pas harus bisa sabar karena ikan tidak bisa diajak berpose," ujar Arief.
Dua tahun memang bukan waktu yang singkat untuk memperoleh hasil yang terbaik. Tapi Jimli dan Arief bisa melewati itu semua.
Mereka berharap, potret kehidupan kecil dari Manado Bay ini bisa membawa dampak besar untuk mereka, para penghuni Manado Bay yang keberadaannya bisa terancam akibat ulah manusia yang tidak bertanggung jawab dan reklamasi. Melalui buku ini pula mereka mengingatkan kembali akan pentingnya konservasi karena Teluk Manado masih menyimpan keanekaragaman hayati yang tak kalah indahnya dengan Bunaken dan Lembeh.
"Semoga melalui buku ini bisa menghentikan atau mengurangi dampak reklamasi, dan Manado Bay bisa dikembangkan menjadi tujuan wisata utama agar bisa menarik pendapatan masyarakat di sana juga," tukas Arief.
Akhirnya, tidak hanya memotret dan mengabadikan kehidupan kecil dari Manado Bay, Jimli dan Arief pun bisa sekaligus mengabadikan bagian dari perjalanan cinta mereka di bawah laut dalam buku, The Underwater Realm of Manado Bay From Diver's Eye.
Awalnya, kepergian mereka ke Manado Bay hanya untuk mengumpulkan karya bersama berupa foto tentang kehidupan di bawah laut sebagai hadiah di ulang tahun pernikahan mereka. Namun, yang terjadi lebih dari itu, karya mereka bisa dipublikasikan lewat sebuah buku yang berjudul The Underwater Realm of Manado Bay From Diver's Eye.
Terwujudnya karya-karya mereka menjadi buku, tidak lepas dari peran teman-temannya yang mendukung terciptanya buku ini.
Dalam buku Manado Bay ini terdapat 150 foto yang kebanyakan berasal dari bawah laut Teluk Manado. Hasil jepretan Jilmi dan Arief di bawah air sungguh luar biasa. Kehidupan makhluk-makhluk kecil di sana pun diabadikan dengan begitu indah.
Tidak mudah memang mendapatkan hasil karya sebaik Jilmi dan Arief. Butuh waktu yang panjang dan banyak pengorbanan.
Untuk mendapatkan hasil yang maksimal, Jimli dan Arief menyelam sebanyak 378 kali. Bahkan dalam satu hari mereka bisa menyelam 3-4 kali. Hal itu dilakukan tentunya untuk mendapatkan hasil jepretan yang maksimal.
Jimli berkisah, salah satu momen yang tidak bisa ia lupakan adalah saat memgabadikan proses Jawfish jantan mengerami telur betinanya. Ia harus bolak balik menyelam selama tiga bulan untuk mengawasi proses tersebut. Ia pun rela menyelam tengah malam untuk bisa mengabadikan momen jawfish menetaskan telurnya.
"Saat bulan ketiga, jam satu malam saya turun, ingin banget melihat momen ikan jawfish menetas. Tapi belum menetas juga. Jam setengah empat turun lagi belum juga menetas. Sampai akhirnya jam enam pagi baru menetas," papar Jimli.
Dengan pengorbanan yang luar biasa, akhirnya Jimli bisa mengabadikan proses penetasan telur jawfish dengan tangannya sendiri. Sungguh merupakan sebuah kebahagiaan yang tiada tara.
Tidak hanya menunjukkan kehidupan jawfish, beberapa simbiosis yang terjadi di bawah laut Teluk Manado pun juga tak ketinggalan diabadikan oleh Jimli dan Arief.
Beberapa hewan yang juga berhasil mereka abadikan antara lain belut laut, kepiting, kuda laut, udang, siput telanjang (nudibranch), keong, cumi-cumi, dan gurita.
Salah satu modal utama dalam melakukan kegiatan ini adalah kesabaran. "Menunggu momen yang pas harus bisa sabar karena ikan tidak bisa diajak berpose," ujar Arief.
Dua tahun memang bukan waktu yang singkat untuk memperoleh hasil yang terbaik. Tapi Jimli dan Arief bisa melewati itu semua.
Mereka berharap, potret kehidupan kecil dari Manado Bay ini bisa membawa dampak besar untuk mereka, para penghuni Manado Bay yang keberadaannya bisa terancam akibat ulah manusia yang tidak bertanggung jawab dan reklamasi. Melalui buku ini pula mereka mengingatkan kembali akan pentingnya konservasi karena Teluk Manado masih menyimpan keanekaragaman hayati yang tak kalah indahnya dengan Bunaken dan Lembeh.
"Semoga melalui buku ini bisa menghentikan atau mengurangi dampak reklamasi, dan Manado Bay bisa dikembangkan menjadi tujuan wisata utama agar bisa menarik pendapatan masyarakat di sana juga," tukas Arief.
Akhirnya, tidak hanya memotret dan mengabadikan kehidupan kecil dari Manado Bay, Jimli dan Arief pun bisa sekaligus mengabadikan bagian dari perjalanan cinta mereka di bawah laut dalam buku, The Underwater Realm of Manado Bay From Diver's Eye.
0 komentar:
Posting Komentar