Selasa, 24 Maret 2015

Tagged Under:

Waktunya Bali Rehat Sejenak

By: DoniN On: 07.03
  • Share The Gag
  • Esok, Waktunya Bali Rehat SejenakRitual MendakTirta atau prosesi mengambil air suci itu bertujuan menyongsong hari raya Nyepi sebagai perwujudan rasa syukur umat Hindu kepada yang Maha Kuasa (ANTARA FOTO/Yusuf Nugroho)
    Esok, tepatnya pada 21 Maret 2015, Bali akan rehat sejenak. Seluruh masyarakat Hindu di Bali akan merayakan Hari Raya Nyepi yang jatuh tepat pada Tahun Baru Saka 1937.

    Pada Hari Raya Nyepi, umat Hindu di Bali akan melakukan ketaatan dengan berdiam dan berada dalam kegelapan selama 24 jam, dari matahari terbit sampai matahari terbit lagi keesokan harinya. Tujuan untuk memohon kepada Tuhan untuk menyucikan Buwana Alit (alam manusia atau microcosmos) dan Buwana Agung (alam semesta atau macrocosmos).

    Hari Raya Nyepi merupakan satu-satunya perayaan yang berlangsung tanpa kemeriahan, namun justru dalam kesunyian. Bagi masyarakat Bali, perayaan Tahun Baru adalah saat mendekatkan diri kepada Hyang Widi Wasa melalui doa. Momen ini merupakan masa introspeksi untuk menggunakan sepanjang hidup berikutnya dengan cinta kasih, kesabaran, kebaikan dan kebajikan.

    Kata ‘nyepi’ berasal dari kata sepi yang berarti sunyi senyap. Hari Raya Nyepi yang merupakan perayaan Tahun Baru Hindu yang mengajak pemeluknya untuk memiliki kesiapan batin menghadapi setiap tantangan hidup di tahun baru. Bagi masyarakat  Hindu Bali, Nyepi adalah hari untuk mengembalikan keseimbangan di alam semesta.

    Saat puncak perayaan Nyepi berlangsung, seluruh wilayah Bali akan sunyi dan hening. Tak ada kegiatan di jalan raya hingga tempat-tempat wisata yang biasanya dipadati banyak orang.

    Seperti dilansir dari Indonesia Travel, wisatawan di Pulau Dewata pun diharuskan menghormati tradisi Nyepi dengan tidak berkendara. Tak cuma itu, Bandara Internasional Ngurah Rai pun tidak melayani penerbangan selama 24 jam.

    Untuk tetap menjaga kekhidmatan Nyepi, para pecalang (petugas keamanan adat) akan berpatroli di berbagai lokasi. Saat malam, semua lampu harus dimatikan, hotel-hotel juga ditutup dengan tirai agar tak ada cahaya lampu yang berpendar ke luar. Keheningan malam juga dijaga dengan senyapnya suara dan musik di dalam ruangan.

    Meski tak merayakan Nyepi, semua penghuni Pulau Bali yang bukan beragama Hindu pun hanyut dalam kebersamaan perayaan. Itulah arti Bhineka Tunggal Ika yang sebenarnya. Bali yang selalu penuh hingar bingar perlu rehat sejenak untuk tetap menjaga keseimbangan dan menentramkan pikiran.

    Ritual Nyepi terdiri dari beberapa rangkaian upacara. Yang pertama dilaksanakan dua hari sebelum hari raya, kemudian satu hari sebelum hari raya, sampai keesokan harinya setelah hari raya.

    Pada hari pertama diadakan Upacara Melasti yang berlangsung di pura dekat laut. Tujuan upacara ini untuk membersihkan benda-benda suci milik Pura dari segala kotoran membuangnya ke laut.

    Hari berikutnya, digelar ritual Tawur Kesangadan Caru atau yang disebut juga sebagai ritual pengorbanan. Desa, kecamatan, kabupaten hingga provinsi, semuanya menyajikan sesajian sesuai dengan kemampuannya. Sajiannya pun beragam, bisa dengan menghidangkan ayam, bebek, babi, kambing, kerbau, hingga tumbuh-tumbuhan.

    Ritual ini bertujuan untuk mengingatkan orang Bali akan pentingnya ternak dan tanaman mereka. Selain itu, ritual ini juga bermaksud untuk menyucikan Batara Kala yakni dewa yang dikenal sangat kuat dan jahat.

    Masih di hari yang sama, saat matahari terbenam sekitar pukul 17.00 atau 18.00 digelar ritual Pengrupukan. Masyarakat dan wisatawan Bali akan bersuka cita menggelar prosesi Ogoh-Ogoh yang menggambarkan Batara Kala.Tujuan prosesi ini adalah melenyapkan segala unsur negatif yang melekat pada Ogoh-Ogoh.

    Sementara itu, perayaan puncak Hari Raya Nyepi akan dilaksanakan dengan Catur Brata Nyepi. Kegiatan tersebut meliputi:

    1.  Amati Geni:  tidak menyalakan api atau menghidupkan lampu,
    2.  Amati Karya: menahan diri dari semua kegiatan dan bekerja,
    3.  Lelungan Amati: tinggal di rumah dan tidak melakukan bepergian.
    4.  Amati Lelanguan: tidak memuaskan nafsu atau terlibat dalam kegiatan menyenangkan diri lainnya. Bagi yang mampu dianjurkan melaksanakan tapa, brata, yoga dan semadhi.

    Sehari setelah Nyepi akan digelar upacara Ngembak Geni. Prosesi ini merupakan silaturahmi dengan keluarga, tetangga dan kerabat untuk saling meminta maaf. Mereka juga melakukan Dharma Canthi yakni mengucapkan Sloka, Kekidung dan Kekawin. Inti dari proses ini adalah  memandang bahwa semua manusia sebagai ciptaan Ida Sang Hyang Widhi Wasa hendaknya saling menyayangi.

    0 komentar:

    Posting Komentar