SURAT UNTUK PENGUASA SUARA BANGSA
Oleh Rahmat Radjendra
Aku mengetuk sanubari sepaling negeri
atas wajah-wajah gelisah dipenuhi segala sanksi
Dalam janji-janji yang renyah di pasarpasar tumpah
dalam gubug-gubug becek kaum-kaum upah
di ladang-ladang buruh serabutan
Di mana rahim-rahim tempat dititipkan
Sedang bunga-bunga bangsa bermekaran
masa ke masa keremangan
kesebalik bilik-bilik suara setiap lidap berpesta
Waktu membarak janji-janji berselimpangan
Seperti layang-layang putus dari benangan
mengalun jauh sampai ke jurang-jurang
Kapal-kapal nelayan
pabrik-pabrik makanan ringan
lapak-lapak warung kopi dan asongan
Di mana rahim-rahim tempat dititipkan
Kemudian, harapan di dada yang sempat menahun
mati suri
Kini sudah bangkit lagi
lewat serat-serat harap tak bersekat
antara aku yang melulukan mati lampu
ketika janji-janji pemilu
Mengetuk sanubari sepaling negeri, atas wajah-wajah gelisah dipenuhi segala sanksi
Tentang pengabdian yang disanksikan
karena sanksi; membencanai kepercayaan
Sebab keadilan-kemakmuran kepincangan
Tentang norma dan etika bernegara
kehilangan makna
Pancasila; tinggal gema
Sebab kemiskinan kejujuran kedudukkan
Tentang penguasa yang lupa daratan
gelap gulita; perubahan
Sebab kecurangan kekuasaan kepanjangan
Tentang sumpah-sumpah yang muntah
ter-c-e-l-u-p-an; Rp
Sebab kepastian kejahatan ketuhanan
Kehilangan makna
Pancasila; tinggal gema
Rabu, 05 November 2014
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar